ayat alquran tentang perbedaan

Haiorang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Ayatalquran tentang pernikahan. Tulisan dari berita hari ini. Saat memutuskan untuk menikah, maka itu bisa sangat membahagiakan untuk kedua belah pihak sebagai pasangan. Ayat alquran tentang pernikahan dan pasangan. Menurut buku habis nikah terbitlah berkah: Pernikahan adalah ibadah yang penting dan sakral dalam ajaran islam. SAKINGpentingnya, Islam sudah membeberkan tentang beberapa ayat Al-Quran tentang musyawarah. Di kehidupan sehari-hari masyarakat terkadang selalu terjadi perbedaan pendapat atau sudut pandang dalam melihat sebuah persoalan. Bahkan, tak jarang juga kita jumpai perbedaan pendapat tersebut berujung dengan permusuhan. KeutamaanBerkurban. 1. Perintah Allah dan Rasulullah. Berkurban merupakan perintah Allah dan Rasulullah. Bagi orang yang mampu, sangat dianjurkan untuk melaksanakan ibadah yang mulia ini. Rasulullah bersabda: "Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih kurban, janganlah mendekati tempat shalat kami." (HR. Bacaayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia. Baca ayat Al-Quran, Tafsir, dan Konten Islami Bahasa Indonesia 58 43 Al+ahzab+ayat+71 44 berbahagia 45 pertengkaran 46 ali imran 190 47 Tafsir+Sunan+ibnu+majah+no+987 48 Sabar 49 surat al lukman ayat 14 50 Ayat tentang niat 51 Tajwid+surat+al+anbiya 52 ar rahman 26 53 Saba 13 https://groups.google.com/g/nunutv/c/C-0yX1zK4AQ. – Terlahir sebagai makhluk sosial, manusia secara otomatis harus hidup berdampingan dengan sesama. Sesama dalam hal agama, suku, bangsa, bahasa, keyakinan, ideologi, dan lainnya. Akan tetapi, menjadi sebuah keniscayaannya adalah kita dan yang lain tidak mungkin sama dalam semua hal, sehingga sangat besar kemungkinan terjadi sebuah konflik tergantung dari bagaimana kita dapat memahami dan mengambil sikap atas segala jurang perbedaan yang ada. Dalam konteks bangsa kita yang majemuk, persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga untuk mewujudkan masyarakat yang rukun, damai, guyub, sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri yang kerap terjadi salah satunya ialah konflik yang pada dasarnya merupakan konflik kepentingan politik dan ekonomi, bukan konflik agama, namun agama kerap menjadi alat untuk membakar konflik tersebut. Sangat mustahil untuk menyatukan dua hal atau lebih yang berbeda dari segala aspek, namun tidak mustahil pula untuk menemukan titik temu di antara perbedaan-perbedaan Dr. Alwi Shihab menjelaskan, setidaknya ada 5 petunjuk Alquran, dari perspektif kita umat Muslim, untuk dapat berinteraksi dengan para Ahlul Kitab Muslim, Nasrani, Yahudi, dan Umat terdahulu sebagai titik temu agar kita dapat bersosialisasi positif dengan merekaMengedepankan dialog dengan cara yang baik. Al-Ankabut 46وَلَا تُجَادِلُوْٓا اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۖKita dapat berdialog untuk membahas dan bekerja sama dengan mereka untuk hal-hal yang dapat dirasakan bersama manfaat dan maslahatnya, seperti tentang kerja sosial kemanusiaan, lingkungan hidup, teknologi, pendidikan, ekonomi, juga perdamaian poin-poin tersebut, besar kemungkinan kita dapat saling bahu-membahu menciptakan lingkungan masyarakat yang saling menyayangi, saling melindungi, saling membantu, dan saling bergerak maju ke depan bersama dalam kemajuan zaman. Sehingga masing-masing dari kita dapat bertukar pikiran untuk dapat memahami hajat yang dapat dipenuhi tidak sedikit yang menentang hal ini, namun yang perlu digaris bawahi, penafsiran dan pendapat ulama adalah sebuat pendapat, bukan agama itu sendiri, sehingga bukan bagian dari nash agama atau prinsip yang baik dan adil kepada mereka yang tidak memerangi dan mengusir kita dari negeri sendiri. Al-Mumtahanah 8لَا يَنْهٰىكُمُ اللّٰهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْٓا اِلَيْهِمْۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَTerlebih dalam kawasan NKRI, semua warga apapun agamanya telah dijamin keamanan dan keselamatannya, juga sebagai pengejawantahan atas sila ketiga dari Pancasila. Maka WAJIB hukumnya bagi kita untuk berbuat baik dan adil kepada agamanya, setiap warga Negara telah merdeka, tidak ada yang dapat mengusir kelompok lainnya dengan mengatasnamakan agama, karena tidak hanya perundang-undangan Negara yang mengatur hal tersebut, melainkan juga Alquran yang telah berbicara demikian. Hal ini dapat kita pelajari dari kisah hidup keteladan para Nabi dan Rasul, serta interaksi mereka yang akrab terhadap kelompok agama mereka menuju titik persamaan. Ali Imran 64قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔاKita harus aktif untuk mengajak Ahlul Kitab yang lainnya menuju titik persamaan, bukan justru memprovokasi yang lain untuk menjauh, membenci, bahkan memerangi mereka. Bahagia tidak akan didapatkan jika kita bersikap demikian, maka tidak ada salahnya kita mengenal, berteman, bahkan melakukan pekerjaan-pekerjaan baik bersama, sehingga kitapun akan merasakan kebahagiaan bersama-sama. Tidak lain supaya terjalin hubungan yang produktif dalam hidup ajaran dan jalan masing-masing. Al-Maidah 48وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙMengenal, berteman baik, dan saling berbagi dengan Ahlul Kitab lainnya tidak serta merta menjadikan keyakinan kita menjadi sama dengan yang mereka yakini. Oleh karena itu, kita hendaknya senantiasa menghormati ajaran dan jalan masing-masing, terlebih kita dapat membantu mereka melaksanakan ibadah dengan baik dan aman, tentunya menjadi ladang kebahagiaan tersendiri bagi dalam ayat di atas, jika mau, Tuhan pasti akan menciptakan kita semua menjadi satu kelompok agama saja, namun Ia menginginkan kita menjadi bermacam-macam agar kita dapat saling mengenal, saling mengisi, saling memahami, dan juga saling membantu dalam kebaikan. Dan perlu ditekankan, hendaknya kita tidak membandingkan realitas sejarah dengan nilai-nilai luhur dalam jalan damai. Al-Anfal 61وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُPerdamaian dan keselamatan adalah tujuan bersama. Oleh sebab itu, semua pemeluk agama hendaknya terus berusaha untuk memberi dan menerima perdamaian yang diciptakan. Dengan terciptanya perdamaian, apapun agamanya, para pemeluknya dapat melaksanakan perintah agama dengan baik dan tanpa perdamaian tidak tercipta, semuanya akan hidup dalam kegelisahan, ketakutan, bahkan untuk ibadah pun akan sangat sulit dilakukan. Sekalipun ada pertikaian, kita dianjurkan untuk memberi maaf, walaupun ada jalan untuk balas dendam. [] Jama’ah Shalat Jum’at yang Dimuliakan Allah Subhānahu Wata’ālā Allah berfirman di dalam Al-Qur’an يَا Ø£ÙŽÙŠÙُهَا النÙَاسُ إِنÙَا ØÙŽÙ„َقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْØÙŽÙ‰Ù° وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنÙÙŽ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللÙَهِ أَتْقَاكُمْ إِنÙÙŽ اللÙÙŽÙ‡ÙŽ عَلِيمٌ ØÙŽØ¨ÙÙŠØ±ÙŒ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal QS. Al-Hujarāt 13 Ayat di atas menggambarkan tentang asal muasal kehidupan manusia yang majemuk sekaligus menetapkan hikmah kemajemukan tersebut. pada mulanya, manusia berawal dari satu bapak dan satu ibu, kemudian berkembang menjadi sebuah “jagad kemajemukan” dalam bentuk negara, suku, dan ras yang berbeda-beda. Sejatinya kemajemukan dalam hidup ini berjalan dengan semangat saling mengenal at-ta’āruf, saling menghormati dan saling mengisi. Imam Ar-Razi dalam kitab tafsir MafātÄh Al-Gyahb mensinyalir bahwa, ayat di atas menegaskan agar manusia tidak saling meninggikan diri, sombong, dan membanggakan diri di hadapan manusia yang lain. Karena apa pun kondisinya, manusia tetaplah manusia. Mereka sama-sama berasal dari bapak dan ibu yang sama. Semangat inilah yang hendak disematkan oleh ayat di atas ke dalam kehidupan umat Islam. Itu sebabnya, ayat tersebut tidak menyapa manusia di dalam kubangan perbedaan-perbedaan yang ada. Justru yang digunakan adalah ungkapan, “wahai Dalam khazanah ilmu tafsir, “sapaan universal” seperti di atas wahai manusia menjadi ciri utama bagi ayat-ayat Al-Qur’an yang turun di masa-masa awal kedatangan Islam, yakni di Mekah. Secara umum, ayat-ayat yang turun pada fase ini bertujuan untuk mengokohkan sisi kemanusiaan umat Islam sebagai dasar utama kehidupan mereka, sehingga umat Islam tidak terpecah-pecah oleh perbedaan yang bersifat niscaya. Perbedaan adalah sunnatullāh dan keragaman merupakan kenyataan yang menunjukkan kebesaran Sang Khaliq. Allah menciptakan manusia berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. Karena itu, keterbukaan, toleransi dan menghormati pihak lain yang berbeda dengan kita merupakan aspek penting dalam Islam. Saat ini sulit sekali menemukan suatu negara atau bangsa yang monolitik, alias satu ras, satu agama atau satu ideologi saja. Ketunggalan suatu negara dalam ras, suku dan agama semakin jarang terjadi karena mobilitas penduduk yang kian meningkat. Perpindahan penduduk dari satu negara ke negara yang lain baik karena alasan kerja profesional maupun alasan personal seperti pernikahan menunjukkan kecenderungan yang kian meningkat. Ini menyebabkan keragaman semakin tak terhindarkan. Jama’ah Shalat Jum’at yang Dimuliakan Allah Subhānahu Wata’ālā Realitas kemajemukan ini mendapatkan apresiasi sedemikian rupa dalam Al-Qur’an. Kita sebagai umat Islam dituntun agar saling mengenal dan saling menghormati antara satu dengan yang lain. Hal ini ditandai dengan adanya seruan tegas dalam al-Quran agar orang beriman menghormati dan mengimani semua Nabi dan semua kitab suci yang diturunkan Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisā’ ayat 136 يَا Ø£ÙŽÙŠÙُهَا الÙَذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللÙَهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الÙَذِي نَزÙÙŽÙ„ÙŽ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الÙَذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللÙَهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآØÙØ±Ù فَقَدْ ضَلÙÙŽ ضَلَالًا بَعِيدًا Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu sangatlah sesat. QS. An-Nisā’ 136. Itulah sebabnya, kaum muslimin menghormati seluruh Nabi hingga Nabi terakhir Muhammad SAW., baik Nabi-nabi yang disebut dalam Al-Qur’an ataupun yang tidak disebutkan. Dengan demikian dapat ditegaskan pula bahwa, keimanan seorang muslim tidak akan pernah sempurna kecuali mengakui dan mengimani Nabi-nabi terdahulu sekaligus mengimani kitab suci mereka. Karena sesungguhnya mereka tidak menjadi Nabi lantaran diangkat oleh umatnya atau diri sendiri, melainkan semata-mata karena pilihan dan ketetapan Allah subhānahu wata’āla. Begitu pula dengan kitab suci yang dibawanya. Dalam salah satu Hadisnya, Nabi Muhammad SAW mengilustrasikan hubungan para Nabi sebagai sebuah bangunan yang megah dan indah. Namun ada satu batu bata dari bangunan itu yang bila tidak dipasang cukup mengganggu keindahan dan kekokohan bangunan tersebut. Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir adalah batu bata yang membuat bangunan itu semakin indah dan sempurna. إن٠مØÙ„ÙŠ ونØÙ„ الأنبياء من قلبي كمØÙ„ رجل بنى بنيانا فأحسنه وأجمله، إلا موضع لبنة من زاويه من زواياه، فجعل الناس ÙŠØÙˆÙÙˆÙ† به، ويعجبون له، ويقولون هلا٠وضعت هذه اللبنة؟ قال فأنا ØØ§ØªÙ… النبيÙين. Perumpamaanku dan perumpamaan para Nabi terdahulu, yaitu seperti seorang membangun rumah, lalu menyempurnakan dan memperindahnya kecuali sebuah batu di bagian pojok rumah. Kemudian orang-orang mengelilingi dan mengagumi tempat tersebut. Mereka bertanya, “Kenapa batu ini tidak diletakkan?” Rasulullah SAW menjawab, “Aku adalah batu itu dan Aku adalah penutup para Hadis ini menunjukkan bahwa betapa Islam sangat menghargai agama-agama samawi yang sudah datang sebelumnya. Islam tidak menghapus ajaran agama sebelumnya, tetapi justru menyempurnakannya. Jama’ah Shalat Jum’at yang Dimuliakan Allah Subhānahu Wata’ālā Harus jujur diakui, terdapat sekian banyak ajaran dalam Islam yang sebelumnya disyariatkan oleh Allah kepada agama-agama samawi yang diturunkan sebelum Islam, yakni Yahudi dan kristen. Di antara ajaran tersebut adalah ajaran tentang ketuhanan monoteisme, hukum qishash hukum pembalasan, dan lain sebagainya. Fakta di atas telah menjadi kesadaran ilmiah para ulama besar dalam Islam. Mereka tak hanya mengakui ajaran-ajaran tersebut, lebih daripada itu, mereka menjadikan fakta tersebut sebagai kaidah hukum. Dalam hukum Islam, kaidah ini dikenal dengan istilah, syar’u man qablana fahuwa syar’un lanā ajaran umat terdahulu juga menjadi ajaran bagi kita umat Islam. Patut disesali, karena ajaran Islam yang demikian indah tentang pengakuan terhadap keragaman, belakangan ini sepertinya mulai terabaikan. Ajaran yang demikian agung tentang penghargaan atas perbedaan sepertinya kian ditinggalkan. Kita melihat, bahwa perbedaan seringkali menjadi pemicu konflik. Sudah sedemikian sering kita menyaksikan perbedaan yang justru menimbulkan kekacauan dan konflik sosial dengan korban yang tidak sedikit. Jangankan dengan kelompok agama lain yang jelas-jelas berbeda, dengan sesama umat Islam sendiri bahkan berkonflik hanya karena adanya perbedaan-perbedaan yang sebetulnya sangat manusiawi. Padahal, manusia sudah dianugerahi keunikan masing-masing yang tidak mungkin sama antara yang satu dengan yang lain, baik dari segi bentuk fisik, sifat, karakter dasar hingga perbedaan perasaan, keinginan, harapan dan tentu saja kepentingan. Realitas perbedaan ini menyadarkan kita tentang indahnya bersama dalam keragaman. Sangatlah disayangkan bila hal ini justru seringkali memicu konflik. Bahkan, di antara umat Islam sendiri terjadi saling sesat menyesatkan dan kafir mengkafirkan yang kemudian berujung pada perusakan dan penghancuran. Sejatinya keragaman dan perbedaan adalah rahmat, sebagaimana ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam salah satu Hadisnya. Adalah kesalahan kita sendiri bila keragaman dan perbedaan tidak mendatangkan rahmat. Hingga kita menyaksikan konflik berkepanjangan, bahkan diwarnai kekerasan. Sudah berapa banyak nyawa dan harta melayang karena manusia tidak menjalankan tuntunan Allah untuk menghormati perbedaan dan keragaman. Beberapa pihak mencoba mengatasi masalah tersebut. Namun usaha yang ada tidak membuahkan hasil maksimal karena masing-masing pihak merasa diri sendiri paling benar. Di internal umat Islam sendiri terjadi pengkotak-kotakan sedemikian rupa dan hampir tidak menemukan kata sepakat terkait dengan cara mengatasi perbedaan ini. Perbedaan dan keragaman bukannya disyukuri sebagai karunia dari Sang Maha Pemurah, tetapi justru dianggap sebagai ancaman yang dapat membahayakan. Pandangan seperti ini kemudian memaksakan kehendak melalui usaha-usaha penyeragaman. Jama’ah Shalat Jum’at yang Dimuliakan Allah Subhānahu Wata’ālā Sekali lagi perlu ditegaskan, keragaman adalah sunnatullāh. Allah menghendaki semua keragaman ini terjadi dalam kehidupan. Dan tidak akan ada satu orang pun yang mampu menolak atau menghindar dari kehendak-Nya. Dalam salah satu firman-Nya Allah menegaskan وَلَوْ شَاءَ اللÙَهُ لَجَعَلَهُمْ أُمÙَةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ يُدْØÙÙ„ُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظÙَالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيÙٍ وَلَا نَصِيرٍ Kalau saja Allah berkehendak, maka ia akan jadikan mereka satu umat saja, tetapi ada orang yang dikehendaki-Nya masuk dalam rahmat-Nya, sementara orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun atau seorang penolong QS. Asy-SyÅra 8 Kita perlu bersikap arif dalam menghadapi perbedaan dan keragaman, bukan semata-mata karena kehidupan ini penuh dengan keragaman, tetapi juga karena manusia tidak bisa lagi hidup sendiri di jagat raya ini; semuanya saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Salah satu kemajuan penting abad dua puluh satu ini adalah kenyataan bahwa seluruh negara telah menjadi dekat dan bertetangga berkat kemajuan tekhnologi informasi yang semakin mengglobal. Jika masalah keragaman tidak ditangani dengan serius di tengah gegap gempita pertemuan berbagai kebudayaan dalam peradaban global, maka perang peradaban bisa semakin dekat dengan kenyataan. Realitas keragaman tentu tidak bisa dibiarkan apa adanya tanpa ada usaha mengembangkannya dalam suatu harmoni sosial. Sebab, jika tidak dikelola dengan baik, maka perbedaan dalam keragaman dapat menjadi bibit-bibit konflik. Perbedaan budaya, bahasa, asal-usul, etnis, dan keyakinan memang tidak pernah betul-betul menjadi pemicu konflik. Tapi perbedaan dan keragaman seperti itu bisa menjadi kendaraan efektif bagi berbagai kepentingan yang dengan mudah menumpanginya. Pada awalnya mungkin perbedaan tidak menjadi masalah, tapi tatkala kepentingan masuk ke dalamnya, maka perbedaan yang sebelumnya berupa rahmat bisa dengan cepat berubah menjadi laknat. Karena itu, dibutuhkan sikap yang lebih menghargai perbedaan dan keragaman. Sikap yang tidak hanya mengakui adanya kelompok lain, tetapi juga memberi perlindungan terhadap kelompok lain yang terancam. Sebuah sikap pro-aktif untuk menjaga harmoni sosial dalam realitas yang beragam. Jika kita gagal menjalankan sikap ini, maka yang paling terancam sebetulnya adalah umat beragama itu sendiri. Sebab, jika satu kelompok agama terus hidup dalam komunitasnya sendiri sambil bersikap curiga dan menganggap kelompok agama lain sebagai musuh, maka yang akan terjadi adalah perang agama. Itulah sebabnya, kebenaran agama tidak cukup ditunjukkan hanya dengan ajaran yang terdapat dalam kitab suci, tetapi juga harus dibuktikan dengan keterlibatan agama itu sendiri untuk turut menyelesaikan berbagai problem kemanusiaan yang kian hari kian kompleks. Penyelesaian problem kemanusiaan yang kian kompleks tentu tidak mungkin diserahkan hanya kepada satu komunitas agama. Dalam konteks seperti ini, sejatinya kaum beriman sudah melampaui dialog dengan melakukan aksi nyata secara bersama-sama dalam rangka menanggulangi berbagai bentuk problem kemanusiaan. Jama’ah Shalat Jum’at yang Dimuliakan Allah Subhānahu Wata’ālā Sebagai sunnatullah, tentu saja perbedaan memerlukan etika atau akhlak. Sebab, jika perbedaan dibiarkan tanpa akhlak, maka sangat mungkin perbedaan itu berubah dari rahmat menjadi laknat. Sudah menjadi tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk memelihara dan melestarikan pesan moral dari Hadis yang menegaskan bahwa perbedaan adalah rahmat. Karena sebagai kehendak Allah, tentu saja perbedaan dan keragaman mempunyai tujuan agung. Allah SWT mencipatakan bumi dan langit dan seluruh isinya tidak sia-sia. Selalu ada tujuan dalam menciptakan makhluk-Nya. Salah satu tujuan diciptakannya keragaman adalah agar manusia saling kenal dan saling tolong-menolong, sebagaimana diamanahkan dalam surat Al-Hujarāt di awal khutbah ini. Karena itu, di penghujung khutbah ini, marilah kita kembali kepada prinsip dasar yang menjadi landasan kehidupan bersama, yakni tentang pesan moral dari tujuan diciptakannya keragaman. Allah SWT menciptakan perbedaan bukan untuk saling bermusuhan, tetapi justru untuk saling mengenal, belajar satu sama lain dan tolong menolong dalam kebaikan. Hanya dengan tolong menolong, kita bisa memperbaiki kualitas hidup. Dan hanya dengan tolong menolong dalam kebaikan kita dapat membantu lahirnya generasi masa depan yang lebih berkualitas. بارك اللÙÙ‡ لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني ÙˆØ¥ÙŠÙØ§ÙƒÙ… بما فيه من الآيات والذÙكر الحكيم وتقبÙÙ„ منÙÙŠ ومنكم تلاوته إنÙÙ‡ هو السÙميع العليم. Alquran ilustrasi Alquran terkadang mempunyai sisi penafsiran yang berbeda-beda JAKARTA – Keberadaan seseorang pada lingkungan budaya atau kondisi sosial dan perkembangan ilmu mempunyai pengaruh yang tidak kecil dalam menangkap pesan-pesan Alquran. Prof Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa keagungan firman Allah SWT dapat menampung segala kemampuan, tingkat, kecenderungan, dan kondisi yang berbeda-beda itu. Karena itulah, menurut Prof Quraish, seorang penafsir apabila membaca Alquran maka maknanya dapat menjadi jelas di hadapannya. Tetapi apabila ia membacanya sekali lagi, ia dapat menemukan makna-makna lain yang berbeda dengan makna sebelumnya. Demikian seterusnya. Sehingga boleh jadi ia dapat menemukan kata atau kalimat yang mempunyai makna berbeda-beda yang semuanya benar atau mungkin benar. Syekh Abdullah Darraz, sebagaimana dikutip Prof Quraish mengatakan, “Ayat-ayat Alquran bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya. Dan tidak mustahil jika kita mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibandingkan apa yang kita lihat.” Prof Quraish menjelaskan bahwa Alquran turun sedikit demi sedikit selama 22 tahun lebih. Ayat-ayatnya berinteraksi dengan budaya dan perkembangan masyarakat yang dijumpainya. Kendati demikian, nilai-nilai yang diamanahkannya dapat diterapkan pada setiap situasi dan kondisi. Untuk itu mufasir dituntut untuk menjelaskan nilai-nilai itu sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Sehingga Alquran benar-benar berfungsi sebagai petunjuk, pemisah antara yang haq dengan batil, serta jalan keluar bagi setiap problema kehidupan yang dihadapi. Di samping itu, mufasir dituntut pula untuk menghapus kesalapahaman terhadap Alquran atau kandungan ayat-ayatnya. BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini - Bunyi Surah Al-Hujurat ayat 13 tentang toleransi dan menghargai perbedaan, “Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ...Artinya "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal...". Piala Dunia Qatar 2022 telah resmi dibuka pada Minggu, 20 November 2022 lalu di Stadion Al-Bayat, Al-Khor. Acara tersebut dimeriahkan salah satunya Jungkook, anggota boyband Korea Selatan BTS berduet dengan Fahad Al-Kubaisi, penyanyi Qatar yang melantunkan lagu resmi Piala Dunia 2020 bertajuk Dreamers. Di samping itu, ada momen spesial yang membuat kalangan umat Islam salah satu di Indonesia heboh dari acara pembukaan Piala Dunia 2022, yakni pembacaan Surah Al-Hujurat ayat 13 oleh Ghanim Al Muftah. Pembacaan ayat tersebut terjadi ketika Ghanim berbincang dengan Morgan Freeman, seorang aktor Surat Al-Hujurat ayat 13 Apa yang terkandung pada Surat Al Hujurat ayat 13, sehingga dibaca ketika pembukaan kejuaraan tingkat dunia tersebut?Surat Al Hujurat ayat 13 merupakan salah satu surah dalam Al-Qur’an yang mengajarkan toleransi dan menghargai perbedaan. Allah SWT melalui surat tersebut menyampaikan bahwa umat manusia harus memelihara kerukunan. Umat manusia diciptakan Allah SWT dengan banyak perbedaan, mulai ras, agama, budaya, suku, bahasa, hingga warna kulit. Sekalipun demikian, Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk memegang ajaran moderat, sehingga nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Toleransi dalam Islam dikenal dengan istilah tasamuh. Terkait dengan toleransi, Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadis riwayat Abdullah bin Abbas sebagai berikut “Dari Ibnu Abbas, ia berkata’'Ditanyakan kepada Rasulullah SAW, 'Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?’, maka beliau bersabda Al-hanifiyyah as-samhah atau agama yang lurus lagi toleran [maksudnya agama Islam],” HR. Ahmad. Toleransi menempati kedudukan yang begitu tinggi dalam Islam. Toleransi juga membawa makna bahwa kualitas ketakwaan seseorang tidak dapat diukur melalui penampilan fisiknya. Hal ini juga senada dengan hadis riwayat Imam Ahmad, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda sebagai berikut “Telah menceritakan kepada kami Waki, dari Abu Hilal, dari Bakar, dari Abu Zar [Al-Ghifari] yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi SAW pernah bersabda kepadanya 'Perhatikanlah, sesungguhnya kebaikanmu bukan karena kamu dari kulit merah dan tidak pula dari kulit hitam, melainkan kamu beroleh keutamaan karena takwa kepada Allah SWT," HR. Ahmad. Bunyi Surat Al Hujurat ayat 13 Tentang Toleransi dan Menghargai PerbedaanBerikut ini bunyi Surat Al Hujurat ayat 13 yang mengajarkan kepada umat manusia terkhusus kaum muslim tentang toleransi dan menghargai perbedaan يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣ Arab Latinnya Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja'alnākum syu'ụbaw wa qabā`ila lita'ārafụ, inna akramakum 'indallāhi atqākum, innallāha 'alīmun khabīr. Artinya “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti,” QS. Al-Hujurat [49] 13.Baca juga Bacaan Surah Al Maidah Ayat 1-5 Penjelasan Jenis Makanan Haram Isi Kandungan Surah An Nasr, Makna Perintah Bertasbih, dan Artinya Kandungan Surah At Taubah Ayat 105 dan Artinya Tentang Etos Kerja - Pendidikan Kontributor Syamsul Dwi MaarifPenulis Syamsul Dwi MaarifEditor Dhita Koesno Ilustrasi membaca Alquran. Foto Chaideer Mahyuddin/ adalah kitab suci utama dalam agama Islam Kalam Allah SWT, yang dipercayai Muslim bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ayat Alquran beserta terjemahan menurut Kemenag RI tentang ibu lebih berhak merawat Al-Baqarah Ayat 233۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌIbu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu selaku penulis sangat terbuka apabila pembaca memiliki kritik dan saran. Silahkan hubungi kami melalui alamat surel berikut [email protected]

ayat alquran tentang perbedaan